Ada hikmah di balik musibah. Bahkan, kerapkali musibah pun memberikan
berkah. Banyak orang baru tahu adanya hikmah atau berkah setelah musibah
berlalu beberapa waktu.
===========
Raja
Arab Saudi Salman Bin Abdulaziz Al Saud mengeluarkan instruksi baru untuk
meringakan beban penderitaan para korban jatuhnya crane di Masjidil Haram,
Mekkah, tanggal 11 September lalu. Instruksi itu terkait santunan yang diterima
jemaah haji yang wafat dan terluka akibat tertimpa crane. Bagi setiap korban wafat,
Raja Salman memberikan santunan senilai SAR1 juta atau setara Rp3,8 miliar.
Sebagaimana
dilansir dari Arab News, Rabu (16/9), nominal serupa juga diterima
keluarga korban yang mengalami luka dan berdampak cacat fisik seumur hidup. Kemudian
bagi jemaah yang mengalami luka biasa akan menerima santunan sebesar SAR500
ribu atau setara Rp1,9 miliar. Nilai santunan ini di luar kompensasi yang akan
diterima oleh keluarga korban yang telah mengajukan tuntutan kompensasi ke
pengadilan atau perusahaan asuransi kesehatan. Tentu ini menjadi kabar baik,
bahkan berkah, bagi ahliwaris korban crane yang wafat ataupun yang luka-luka.
Selain
memberikan kompensasi berupa uang, Raja Salman pun berbaik hati mengalokasikan
kuota haji bagi keluarga korban. Raja Salman berjanji akan memberikan
kesempatan kepada dua anggota keluarga yang meninggal untuk bisa naik haji
tahun 2016. Selain itu, bagi calon jemaah haji yang tidak bisa menunaikan wuquf
di Arafah tahun ini karena terluka dalam insiden crane, bisa kembali lagi tahun
depan sebagai tamu Raja.
Pemerintah
Saudi akan pula memberikan perpanjangan visa bagi anggota keluarga yang sengaja
datang ke negeri minyak itu untuk mendampingi keluarga yang tengah dirawat di
rumah sakit.
Terkait
dengan kelangsungan pelaksana proyek perluasan Masjidil Haram, Raja Salman memeriksa
secara seksama laporan yang dikirim Biro Penyelidikan dan Penuntutan Publik.
Raja ingin tahu prosedur yang dijalankan kontraktor proyek perluasan Masjidil
Haram, Grup Bin Laden.
Sebelumnya,
Raja telah menjatuhkan sanksi untuk mencabut kewenangan Grup Bin Laden dalam
proyek tersebut.
Pengumuman
itu disambut positif pemerintah negara asing yang warganya menjadi korban.
Konsul Jenderal Pakistan di Jeddah, Aftab A Khokher, menyambut baik langkah Raja
Salman.
"Sekali
lagi ini membuktikan kebaikan dan kepedulian Raja Salman terhadap umatnya.
Walau tak ada satu pun yang dapat menjadi kompensasi bagi nyawa yang telah
melayang, tapi, minimal bisa meringankan beban keluarga yang telah kehilangan
orang terkasih," ujar Aftab.
Seorang
penyiar asal Amerika Serikat, keturunan Pakistan, Qamar Abbas Jafri, mengaku
terkejut dengan langkah Raja Salman. Dia mengaku pernah menunaikan ibadah haji
tahun 2013 lalu.
"Dalam
50 tahun karier saya di bidang jurnalistik, saya belum pernah mendengar ada
seorang pemimpin Muslim mengumumkan kompensasi kesehatan," kata Qamar.
Dia
menambahkan, ketika melihat foto Raja Salman di harian AS, tengah menjenguk
korban luka, Qamar mengaku kagum. "Di negara-negara tempat kami berasal,
seperti India dan Pakistan, para pemimpinnya bahkan tak peduli untuk berkunjung
ke lokasi kejadian. Mereka hanya mengeluarkan pernyataan biasa," kata dia.
Dengan
adanya kompensasi itu, kian menguatkan figur Salman sebagai Rajanya Raja.
Kemudian
dari sisi asuransi proyek, menurut ahli asuransi kesehatan Adham Jad, perusahaan
asuransi proyek perluasan Masjidil Haram, Mekkah, harus membayar diyat sebesar SAR300
ribu atau sekitar Rp1,152 miliar kepada ahli waris setiap korban yang meninggal
dunia akibat jatuhnya crane. Perusahaan asuransi, menurut Adham, bertanggung-jawab
mengompensasi kerusakan material, cedera manusia dan kematian yang disebabkan
oleh kecelakaan crane di Masjidil Haram pada Jumat 11 September lalu.
"Total
kompensasi diyat diperkirakan 32 juta riyal Saudi dengan rata-rata 300 ribu
riyal untuk setiap korban meninggal," ujar Adham seperti dikutip laman Saudi
Gazette, Selasa (15/9).
Adham
mengatakan, sekalipun kecelakaan kemungkinan disebabkan karena bencana alam,
musibah di Mekah itu harus diproses secara hukum. Sebab, perusahaan asuransi
pada sektor publik menyadari risiko bencana alam.
Dia
menjelaskan pula, sebenarnya asuransi kesehatan untuk semua pengunjung Arab
Saudi maksimal SAR100 ribu per orang. Namun, dalam kasus darurat dan bencana
alam tidak ada batasan nominal.
Ahli
asuransi tersebut menambahkan, perusahaan asuransi proyek perluasan perlu
mengompensasi kerusakan yang disebabkan bencana untuk semua jenis peralatan.
Perusahaan asuransi juga bertanggung jawab atas menanggung biaya pengobatan
korban luka.
Sementara
itu ahli asuransi dan ekonomi King Abdulazis, Prof Abdulilah Al-Saati,
mengatakan, semua perusahaan asuransi menyadari risiko bencana alam. "Namun,
perusahaan asuransi proyek konstruksi harus menanggung semua biaya kerusakan
material dan kematian," ujar dia.
Sebagaimana
kita ketahui Tragedi Crane Mekkah ini terjadi saat hujan badai menerpa kawasan
tersebut pada Jumat 11 September 2015 sore sekitar pukul 17.00 waktu setempat.
Hingga kini pemerintah Arab Saudi terus menyelidiki penyebab tumbangnya alat
berat itu.
Dalam
insiden itu, sebanyak 11 warga Indonesia tewas dan puluhan lainnya terluka.
Korban tewas dari Pakistan juga tercatat 11 orang. Sedangkan, 14 orang lainnya
terluka. Dalam kurs mata uang saat ini, setiap warga Pakistan akan menerima
dana senilai 27 juta Rupee Pakistan.
Sementara,
Konsul India di Jeddah, B.S. Mubarak, mengatakan kompensasi yang diberikan Raja
Salman akan membantu meringankan penderitaan keluarga korban yang meninggal.
Selain itu, dia turut menyambut dengan antusias tawaran bagi keluarga korban
untuk bisa kembali menunaikan ibadah haji tahun 2016. Terdapat 11 jamaah haji asal India yang
meninggal. Sedangkan, 19 jamaah lainnya mengalami luka. Sesuai dengan
pengumuman itu, maka setiap warga India berhak menerima kompensasi senilai 17
juta Rupee. (*)
Boks:
GBL Dilarang Garap Proyek Baru
Panas
setahun dihapus hujan sehari. Boleh jadi peribahasa itu layak ditujukan kepada Grup
Bin Laden (GBL) pasca jatuhnya crane di Masjidil Haram. Selama ini CBL menjadi
kontraktor yang disukai keluarga Kerajaan Saudi untuk menggarap mega proyek
perluasan Masjidil Haram senilai USD 27 miliar yang ditargetkan rampung dalam empat
tahun itu. Masjid suci umat Islam itu akan diperluas hingga 400 ribu meter
persegi untuk menampung 2,2 juta jemaah sekaligus. Gara-gara crane jatuh, GBL
dilarang mengerjakan proyek baru.
Melalui
juru bicara resmi Kerajaaan Arab Saudi, Raja Salman menyatakan, perusahaan Grup
Bin Laden yang dijalankan oleh saudara Osama bin Laden itu tetap salah dalam
tragedi robohnya crane. Perusahaan itu telah dilarang menggarap proyek baru
Pemerintah Saudi.
Keputusan
Raja Salman itu mengacu pada hasil kerja aparat penyelidik. ”GBL ikut
bertanggung jawab atas kecelakaan,” demikian bunyi pernyataan juru bicara resmi
Kerajaan Arab Saudi yang dilansir kantor berita Saudi, SPA. ”Grup Bin
Laden tidak menghormati aturan keselamatan,” lanjut pernyataan itu.
”Posisi
crane itu melanggar instruksi pengoperasian yang disiapkan oleh produsen,”
bunyi pernyataan penyelidik yang dilansir pada Selasa (15/9).
Sebelumnya,
kesimpulan awal penyebab robohnya crane adalah badai. Bahkan, kepada AFP,
seorang insinyur GBL (anonim) menyebut tragedi crane sebagai aksi Tuhan.
Lebih
lanjut Raja Salman melarang anggota Dewan Direksi GBL, termasuk ketuanya Bakar
Bin Laden, bepergian ke luar negeri sampai vonis atas kecelakaan crane
dibacakan. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar