Minggu, 20 September 2015

Kompensasi dari Raja Salman


  Ada hikmah di balik musibah. Bahkan, kerapkali musibah pun memberikan berkah. Banyak orang baru tahu adanya hikmah atau berkah setelah musibah berlalu beberapa waktu.

===========


Raja Arab Saudi Salman Bin Abdulaziz Al Saud mengeluarkan instruksi baru untuk meringakan beban penderitaan para korban jatuhnya crane di Masjidil Haram, Mekkah, tanggal 11 September lalu. Instruksi itu terkait santunan yang diterima jemaah haji yang wafat dan terluka akibat tertimpa crane. Bagi setiap korban wafat, Raja Salman memberikan santunan senilai SAR1 juta atau setara Rp3,8 miliar.

Sebagaimana dilansir dari Arab News, Rabu (16/9), nominal serupa juga diterima keluarga korban yang mengalami luka dan berdampak cacat fisik seumur hidup. Kemudian bagi jemaah yang mengalami luka biasa akan menerima santunan sebesar SAR500 ribu atau setara Rp1,9 miliar. Nilai santunan ini di luar kompensasi yang akan diterima oleh keluarga korban yang telah mengajukan tuntutan kompensasi ke pengadilan atau perusahaan asuransi kesehatan. Tentu ini menjadi kabar baik, bahkan berkah, bagi ahliwaris korban crane yang wafat ataupun yang luka-luka.

Selain memberikan kompensasi berupa uang, Raja Salman pun berbaik hati mengalokasikan kuota haji bagi keluarga korban. Raja Salman berjanji akan memberikan kesempatan kepada dua anggota keluarga yang meninggal untuk bisa naik haji tahun 2016. Selain itu, bagi calon jemaah haji yang tidak bisa menunaikan wuquf di Arafah tahun ini karena terluka dalam insiden crane, bisa kembali lagi tahun depan sebagai tamu Raja.

Pemerintah Saudi akan pula memberikan perpanjangan visa bagi anggota keluarga yang sengaja datang ke negeri minyak itu untuk mendampingi keluarga yang tengah dirawat di rumah sakit.

Terkait dengan kelangsungan pelaksana proyek perluasan Masjidil Haram, Raja Salman memeriksa secara seksama laporan yang dikirim Biro Penyelidikan dan Penuntutan Publik. Raja ingin tahu prosedur yang dijalankan kontraktor proyek perluasan Masjidil Haram, Grup Bin Laden.

Sebelumnya, Raja telah menjatuhkan sanksi untuk mencabut kewenangan Grup Bin Laden dalam proyek tersebut.

Pengumuman itu disambut positif pemerintah negara asing yang warganya menjadi korban. Konsul Jenderal Pakistan di Jeddah, Aftab A Khokher, menyambut baik langkah Raja Salman.

"Sekali lagi ini membuktikan kebaikan dan kepedulian Raja Salman terhadap umatnya. Walau tak ada satu pun yang dapat menjadi kompensasi bagi nyawa yang telah melayang, tapi, minimal bisa meringankan beban keluarga yang telah kehilangan orang terkasih," ujar Aftab.

Seorang penyiar asal Amerika Serikat, keturunan Pakistan, Qamar Abbas Jafri, mengaku terkejut dengan langkah Raja Salman. Dia mengaku pernah menunaikan ibadah haji tahun 2013 lalu.

"Dalam 50 tahun karier saya di bidang jurnalistik, saya belum pernah mendengar ada seorang pemimpin Muslim mengumumkan kompensasi kesehatan," kata Qamar.

Dia menambahkan, ketika melihat foto Raja Salman di harian AS, tengah menjenguk korban luka, Qamar mengaku kagum. "Di negara-negara tempat kami berasal, seperti India dan Pakistan, para pemimpinnya bahkan tak peduli untuk berkunjung ke lokasi kejadian. Mereka hanya mengeluarkan pernyataan biasa," kata dia.

Dengan adanya kompensasi itu, kian menguatkan figur Salman sebagai Rajanya Raja.

Kemudian dari sisi asuransi proyek, menurut ahli asuransi kesehatan Adham Jad, perusahaan asuransi proyek perluasan Masjidil Haram, Mekkah, harus membayar diyat sebesar SAR300 ribu atau sekitar Rp1,152 miliar kepada ahli waris setiap korban yang meninggal dunia akibat jatuhnya crane. Perusahaan asuransi, menurut Adham, bertanggung-jawab mengompensasi kerusakan material, cedera manusia dan kematian yang disebabkan oleh kecelakaan crane di Masjidil Haram pada Jumat 11 September lalu.

"Total kompensasi diyat diperkirakan 32 juta riyal Saudi dengan rata-rata 300 ribu riyal untuk setiap korban meninggal," ujar Adham seperti dikutip laman Saudi Gazette, Selasa (15/9).

Adham mengatakan, sekalipun kecelakaan kemungkinan disebabkan karena bencana alam, musibah di Mekah itu harus diproses secara hukum. Sebab, perusahaan asuransi pada sektor publik menyadari risiko bencana alam.

Dia menjelaskan pula, sebenarnya asuransi kesehatan untuk semua pengunjung Arab Saudi maksimal SAR100 ribu per orang. Namun, dalam kasus darurat dan bencana alam tidak ada batasan nominal.

Ahli asuransi tersebut menambahkan, perusahaan asuransi proyek perluasan perlu mengompensasi kerusakan yang disebabkan bencana untuk semua jenis peralatan. Perusahaan asuransi juga bertanggung jawab atas menanggung biaya pengobatan korban luka.

Sementara itu ahli asuransi dan ekonomi King Abdulazis, Prof Abdulilah Al-Saati, mengatakan, semua perusahaan asuransi menyadari risiko bencana alam. "Namun, perusahaan asuransi proyek konstruksi harus menanggung semua biaya kerusakan material dan kematian," ujar dia.

Sebagaimana kita ketahui Tragedi Crane Mekkah ini terjadi saat hujan badai menerpa kawasan tersebut pada Jumat 11 September 2015 sore sekitar pukul 17.00 waktu setempat. Hingga kini pemerintah Arab Saudi terus menyelidiki penyebab tumbangnya alat berat itu.

Dalam insiden itu, sebanyak 11 warga Indonesia tewas dan puluhan lainnya terluka. Korban tewas dari Pakistan juga tercatat 11 orang. Sedangkan, 14 orang lainnya terluka. Dalam kurs mata uang saat ini, setiap warga Pakistan akan menerima dana senilai 27 juta Rupee Pakistan.

Sementara, Konsul India di Jeddah, B.S. Mubarak, mengatakan kompensasi yang diberikan Raja Salman akan membantu meringankan penderitaan keluarga korban yang meninggal. Selain itu, dia turut menyambut dengan antusias tawaran bagi keluarga korban untuk bisa kembali menunaikan ibadah haji tahun 2016.  Terdapat 11 jamaah haji asal India yang meninggal. Sedangkan, 19 jamaah lainnya mengalami luka. Sesuai dengan pengumuman itu, maka setiap warga India berhak menerima kompensasi senilai 17 juta Rupee. (*)



Boks:

GBL Dilarang Garap Proyek Baru

Panas setahun dihapus hujan sehari. Boleh jadi peribahasa itu layak ditujukan kepada Grup Bin Laden (GBL) pasca jatuhnya crane di Masjidil Haram. Selama ini CBL menjadi kontraktor yang disukai keluarga Kerajaan Saudi untuk menggarap mega proyek perluasan Masjidil Haram senilai USD 27 miliar yang ditargetkan rampung dalam empat tahun itu. Masjid suci umat Islam itu akan diperluas hingga 400 ribu meter persegi untuk menampung 2,2 juta jemaah sekaligus. Gara-gara crane jatuh, GBL dilarang mengerjakan proyek baru.

Melalui juru bicara resmi Kerajaaan Arab Saudi, Raja Salman menyatakan, perusahaan Grup Bin Laden yang dijalankan oleh saudara Osama bin Laden itu tetap salah dalam tragedi robohnya crane. Perusahaan itu telah dilarang menggarap proyek baru Pemerintah Saudi.

Keputusan Raja Salman itu mengacu pada hasil kerja aparat penyelidik. ”GBL ikut bertanggung jawab atas kecelakaan,” demikian bunyi pernyataan juru bicara resmi Kerajaan Arab Saudi yang dilansir kantor berita Saudi, SPA. ”Grup Bin Laden tidak menghormati aturan keselamatan,” lanjut pernyataan itu.

”Posisi crane itu melanggar instruksi pengoperasian yang disiapkan oleh produsen,” bunyi pernyataan penyelidik yang dilansir pada Selasa (15/9).

Sebelumnya, kesimpulan awal penyebab robohnya crane adalah badai. Bahkan, kepada AFP, seorang insinyur GBL (anonim) menyebut tragedi crane sebagai aksi Tuhan.

Lebih lanjut Raja Salman melarang anggota Dewan Direksi GBL, termasuk ketuanya Bakar Bin Laden, bepergian ke luar negeri sampai vonis atas kecelakaan crane dibacakan. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar