PT Resuransi
Maipark Indonesia berambisi menyasar segmen asuransi risiko bencana
alam, mulai dari gempa bumi, tanah longsor hingga banjir mencapai 20%
sepanjang tahun ini.
Pasalnya, sekitar 90% bisnis andalan Maipark Indonesia adalah asuransi gempa bumi, sedangkan sisanya bisnis di luar gempa bumi.
“Proporsinya masih sedikit. Kami harus mandiri dengan mengembangkan bisnis di luar sesi wajib gempa bumi yang selama diterapkan bagi semua perusahaan asuransi. Pada tahap awal, kami ingin mengembangkan skema asuransi bencana alam,” kata Direktur Utama Maipark Indonesia Yasril Y. Rasyid di Jakarta, Jumat (3/7/2015).
Maipark merupakan satu-satunya reasuransi di Indonesia yang menangani risiko khusus gempa bumi sejak awal pendiriannya. Saat ini, seluruh risiko gempa bumi perusahaan asuransi umum wajib disesikan ke Maipark.
Maipark mengusulkan kepada Badan Kebijakan Fiskal (BKF) untuk membentuk skema teknis mengenai asuransi bencana alam. Khusus di Indonesia, industri asuransi masih belum memiliki standar risiko bencana alam ini.
Mengutip laporan Statistik Asuransi Gempa Indonesia 2014 yang dirilis oleh Maipark Indonesia, premi bruto asuransi gempa bumi mencapai Rp14,18 triliun sampai 31 Desember 2014.
Dari jumlah ini terbagi menjadi underwriting year 2010 sebesar Rp2,11 triliun. Underwriting year 2011 senilai Rp. 2,81 triliun, 2012 sebesar Rp2,64 triliun. Underwriting year 2013 dan 2014 masing-masing Rp4,25 triliun dan Rp2,36 triliun.
Sebaliknya, sepanjang 2014 perusahaan asuransi membayar klaim sebesar Rp572,88 miliar. Dari jumlah ini klaim yang terbesar terjadi karena erupsi Gunung Kelud. Enam gempa bumi lainnya yang menimbulkan kerusakan sepanjang 2014 memunculkan klaim Rp2,2 miliar.
“Saya rasa peluangnya cukup besar. Saat ini, kami sedang melakukan pembicaraan dengan pemerintah provinsi Sumatra Barat dan DI Jogjakarta untuk segmen asuransi bencana alam,” katanya.
Jika skema tersebut bisa terwujud pada semester kedua, Yasril menyebutkan rencana untuk menggenjot proporsi premi bruto asuransi nongempa bumi segera terwujud. Selain itu, Maipark Indonesia juga mengembangkan penelitian mengenai risiko khusus banjir pada tahun lalu.
Perusahaan reasuransi tersebut membangun modeling banjir, yaitu semacam simulasi untuk memprediksi kerugian risiko banjir. Jakarta menjadi salah satu wilayah yang diprediksi kerugiannya.
Selain skema asuransi bencana, Maipark Indonesia juga berniat untuk membentuk unit reasuransi syariah untuk menangkap peluang bisnis reasuransi syariah.
“Belum banyak perusahaan reasuransi syariah di Indonesia. Ini akan segera kita tangkap karena beberapa klien sudah menyuarakan itu,” jawabnya.
sumber: http://finansial.bisnis.com
Pasalnya, sekitar 90% bisnis andalan Maipark Indonesia adalah asuransi gempa bumi, sedangkan sisanya bisnis di luar gempa bumi.
“Proporsinya masih sedikit. Kami harus mandiri dengan mengembangkan bisnis di luar sesi wajib gempa bumi yang selama diterapkan bagi semua perusahaan asuransi. Pada tahap awal, kami ingin mengembangkan skema asuransi bencana alam,” kata Direktur Utama Maipark Indonesia Yasril Y. Rasyid di Jakarta, Jumat (3/7/2015).
Maipark merupakan satu-satunya reasuransi di Indonesia yang menangani risiko khusus gempa bumi sejak awal pendiriannya. Saat ini, seluruh risiko gempa bumi perusahaan asuransi umum wajib disesikan ke Maipark.
Maipark mengusulkan kepada Badan Kebijakan Fiskal (BKF) untuk membentuk skema teknis mengenai asuransi bencana alam. Khusus di Indonesia, industri asuransi masih belum memiliki standar risiko bencana alam ini.
Mengutip laporan Statistik Asuransi Gempa Indonesia 2014 yang dirilis oleh Maipark Indonesia, premi bruto asuransi gempa bumi mencapai Rp14,18 triliun sampai 31 Desember 2014.
Dari jumlah ini terbagi menjadi underwriting year 2010 sebesar Rp2,11 triliun. Underwriting year 2011 senilai Rp. 2,81 triliun, 2012 sebesar Rp2,64 triliun. Underwriting year 2013 dan 2014 masing-masing Rp4,25 triliun dan Rp2,36 triliun.
Sebaliknya, sepanjang 2014 perusahaan asuransi membayar klaim sebesar Rp572,88 miliar. Dari jumlah ini klaim yang terbesar terjadi karena erupsi Gunung Kelud. Enam gempa bumi lainnya yang menimbulkan kerusakan sepanjang 2014 memunculkan klaim Rp2,2 miliar.
“Saya rasa peluangnya cukup besar. Saat ini, kami sedang melakukan pembicaraan dengan pemerintah provinsi Sumatra Barat dan DI Jogjakarta untuk segmen asuransi bencana alam,” katanya.
Jika skema tersebut bisa terwujud pada semester kedua, Yasril menyebutkan rencana untuk menggenjot proporsi premi bruto asuransi nongempa bumi segera terwujud. Selain itu, Maipark Indonesia juga mengembangkan penelitian mengenai risiko khusus banjir pada tahun lalu.
Perusahaan reasuransi tersebut membangun modeling banjir, yaitu semacam simulasi untuk memprediksi kerugian risiko banjir. Jakarta menjadi salah satu wilayah yang diprediksi kerugiannya.
Selain skema asuransi bencana, Maipark Indonesia juga berniat untuk membentuk unit reasuransi syariah untuk menangkap peluang bisnis reasuransi syariah.
“Belum banyak perusahaan reasuransi syariah di Indonesia. Ini akan segera kita tangkap karena beberapa klien sudah menyuarakan itu,” jawabnya.
sumber: http://finansial.bisnis.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar