Senin, 14 September 2015

Etau Mengamuk, Jepang Ungsikan 90.000 Warganya


Di saat belahan bumi yang lain merasakan bencana asap panas dan kemarau panjang, Negeri Sakura Jepang diamuk Topan Etau yang berlanjut curah hujan tinggi yang mendatangkan air bah yang menghanyutkan apa saja yang dilewatinya.
============


Topan Etau menerjang Jepang membawa hembusan angin hingga 125 km per jam (78mph) ke pusat Prefektur Aichi. Sehari setelah Etau lewat, hujan deras mengguyur beberapa kawasan timur laut Jepang. Banjir bandang tak terelakkan. Ribuan rumah dan mobil ikut tersapu banjir banding. Puluhan ribu warga terpaksa mengunsi ke tempat-tempat yang aman.

"Ini curah hujan yang belum pernah kami alami sebelumnya. Kami bisa katakan bahwa ini situasi yang abnormal dan bahaya mengancam sewaktu-waktu," kata kepala unit prakiraan cuaca di Badan Meteorologi Jepang (JMA), Takuya Deshimaru, saat konferensi pers darurat pada Kamis (10/9/2015), sebagaimana dilansir CNN.

Daerah yang paling parah terkena imbasnya adalah Prefektur Ibaraki dan Tochigi. Badan Meteorologi Jepang telah menempatkan kedua wilayah dengan peringatan level tertinggi.

Menurut tayangan televisi dari Joso di Ibaraki, banyak orang berada di atap rumah mereka sebelum tim penyelamat helikopter mengevakuasinya ke tempat-tempat yang lebih aman. Sebab, tempat tinggal mereka sudah terendam banjir. Banyak rumah dan mobil terseret arus banjir ketika Sungai Kinugawa meluap setelah dua hari hujan lebat.

Di Tochigi, curah hujan lebih dari 500 mm (19 inci) yang mengguyur dalam 24 jam. Kantor berita NHK menyebutkan, besarnya guyuran hujan kali ini sekitar dua kali lipat yang terjadi pada September.

Bagian pusat Tochigi, bahkan menghadapi curah hujan hampir 60 cm sejak Senin (7 September) malam. Memecahkan rekor dari sebelumnya yang pernah terjadi di daerah itu.

Banyak daerah lain Jepang timur dan timur laut juga telah mengeluarkan peringatan cuaca ekstrim, termasuk Prefektur Fukushima -- kawasan tempat pabrik nuklir yang masih rusak pada tahun 2011 akibat gempa bumi dan tsunami.

Juru bicara untuk operator Tokyo Electric Power (Tepco) mengatakan, hujan membuat pompa drainase tidak mampu bekerja maksimal. Air dengan volume besar yang digunakan untuk mendinginkan pabrik reaktor itu kini disimpan di situs tersebut.

Banjir yang mencakup area luas dan longsor di kawasan timur laut Jepang memaksa lebih dari 90.000 orang meninggalkan rumah mereka. Otoritas Jepang memerintahkan evakuasi kepada puluhan ribu warga akibat bencana banjir dan tanah longsor dari hujan deras yang dibawa Topan Etau. Badan Meteorologi Jepang mengeluarkan peringatan khusus di Tochigi dan Ibaraki, dua prefektur di wilayah utara Tokyo, atas ancaman longsoran lumpur dan banjir.

Menurut laporan NHK, sebagian wilayah Tochigi terendam banjir dengan ketinggian hampir 60 sentimeter akibat diguyur hujan sejak Senin (7/9). Lebih dari 90 ribu warga di prefektur ini dievakuasi, dan 80 ribu lainnya diminta meninggalkan rumah.

Di kota Kanuma, Tochigi, otoritas setempat sedang mencari seorang warga yang diyakini terkubur longsoran lumpur. "Kami belum tahu detail dari orang hilang ini," kata seorang petugas.

NHK melaporkan orang hilang ini adalah wanita paruh baya yang rumahnya hancur terkena longsor. Suami korban telah berhasil diselamatkan.

Di Kota Joso, utara Tokyo, yang dihantam empasan air bah setelah arus Sungai Kinugawa meluap tampak helikopter-helikopter tim penyelamat menjemput banyak warga yang menyelamatkan diri ke atap-atap rumah. Seorang warga dilaporkan hilang dan setidaknya 12 orang terluka.
Gambar-gambar di televisi memperlihatkan warga Kota Joso di perfektur Ibaraki yang berada di atap-atap rumah sebelum helikopter penyelamat mengangkut mereka dari udara. Kota Joso merupakan yang terparah dihantam bencana alam banjir ini. Tanggul yang menahan volume air dari Sungai Kinugawa jebol dan airnya meluap memenuhi pemukiman warga.

Badan Penanggulangan Bencana dan Kebakaran setempat menyebutkan 15 orang cedera di seluruh Jepang dan dua wanita lanjut usia dilaporkan terluka parah akibat terkena hembusan angin kencang.

Media lokal melaporkan satu orang hilang setelah tanah longsor menghantam sebuah rumah di Kanuma, Prefektur Tochigi.

Beberapa daerah juga mengalami pemadaman listrik massal. Sementara imbas banjir Jepang membuat transportasi terganggu. Banyak layanan udara dan kereta api dibatalkan atau ditunda. Beberapa jalan ditutup.

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan pihak berwenang sedang melakukan upaya terbaik untuk mengatasi musibah tersebut.

"Pemerintah akan bersatu dan melakukan yang terbaik untuk menghadapi bencana ... dengan menempatkan prioritas tertinggi pada kehidupan masyarakat," kata PM Abe.

Penderitaan warga Jepang bertambah-tambah karena bulan lalu (Agustus), Jepang dilanda Topan Goni yang menewaskan seorang warga dan melukai 70 orang lainnya. (*)


:
Mengakrabi Banjir

Banjir bukanlah hal baru bagi warga Jepang. Ada beberapa terminologi dalam bahasa Jepang untuk banjir, antara lain kouzui (banjir akibat curah hujan tinggi), hanran (banjir bandang akibat meluapnya air sungai), atau suigai (bencana banjir).

Jepang mempunyai pusat riset masalah kebumian dan penanggulangan bencana (NIED, National Research Institute for Earth Science and Disaster Prevention). Di bawahnya terdapat subsenter yang meneliti banjir dan longsor. Atau untuk aspek perencanaan, NILIM (National Institute for Land and Infrastructure Management) juga eksis dengan perencanaan lingkungan terkait, misal sungai, dam, dan perencanaan pengkoordinasian saat bencana. Khusus untuk banjir kota, Kyoto University di bawah DPRI (Disaster Prevention Research Institute) punya lab khusus untuk meneliti masalah bagaimana mengontrol banjir (di kota) ini.

Operasional di lapangan, permasalahan perawatan infrastruktur dan kontrol banjir ada di bawah koordinasi Kementrian Tanah, Infrastruktur, dan Tramsport (MLIT), di mana tiap wilayah (region) ada departemen khusus pengawasan sungai dan wilayah alirannya.

Jepang menjadi langganan banjir lebih karena posisi geografisnya yang mengharuskan berhadapan dengan (sewaktu-waktu) curah hujan tinggi. “Taifu” yang datang dari selatan, kemudian menyapu daratan Jepang ke utara, adalah salah satu penyebab hadirnya curah hujan tinggi. Banjir karena kerusakan kondisi lingkungan, misalnya di daerah-daerah tinggi, sangatlah kecil. Datangnya banjir di Jepang umumnya diawali dari meluapnya air sungai. Seperti disampaikan Kuriki Minori (Direktur Persungaian NILIM), 3/4 wilayah Jepang sangat mungkin terkena banjir. Ini lebih karena kondisi alam Jepang yang banyak dihuni (sekitar 15%) itu berada di dataran rendah. Untuk mengatasinya, infrasruktur yang berkaitan erat dengan kontrol banjir dari sungai ini menjadi kebutuhan pokok. Kontrol dan manajemen yang meningkat tiap saat ini pun menyebabkan kurban meninggal jauh berkurang.

Perangkat alat kontrol banjir dikenal dengan komprehensivitas yang tinggi didukung oleh administrasi manajemen bencana banjir yang terintegrasi secara baik. Dari sungai-sungai kecil/cabang semua telah dilengkapi dengan fasilitas pengontrol banjir. Alat mitigasi bencana banjir pun menjadi bagian integral di dalamnya.

Tahun 2003 Jepang melengkapi undang-undang yang berhubungan banjir dengan merilis undang-undang baru bernama: Designated Urban River Inundation Prevention Act. Peraturan ini melengkapi UU Sungai, UU Penanggulangan Banjir, UU Air Buangan (sewerage), dan UU Perencanaan Kota, yang di dalamnya masing-masing telah secara eksplisit mengatur hubungan dengan banjir. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar