Mudahnya akses transportasi untuk bepergian antar kota atau bahkan negara seperti pedang bermata dua. Di satu sisi, memudahkan seseorang untuk berpindah lokasi, dan dengan demikian, menghemat lebih banyak waktu dan uang. Akan tetapi, di sisi lain, hal itu juga memudahkan perpindahan virus atau bakteri pembawa penyakit dari satu dearah ke daerah lain.
Celakanya lagi, pola kuman, virus, atau bakteri yang ada di daerah tertentu bisa jadi berbeda dengan di negara kita, akibatnya tubuh kita tidak terbiasa menghadapinya, contohnya adalah bakteri Neiseria meningitidis penyebab radang otak yang banyak dijumpai di daerah Arab dan Afrika Utara. Bakteri ini tidak ditemukan di negara kita, sehingga anda yang bepergian ke Arab atau Afrika Utara akan sangat rentan untuk terserang penyakit radang otak.
Tentunya akan sangat disayangkan apabila kita menjadi sakit ketika sedang melakukan perjalanan, apalagi jika perjalanan itu sangat penting bagi kita. Demi mengantisipasi hal tersebut, kita dapat melakukan sejumlah upaya demi terjaganya kesehatan tubuh selama bepergian. Upaya tersebut bisa dimulai dari melakukan hal sederhana seperti membiasakan mencuci tangan secara teratur, memperhatikan kebersihan makanan dan minuman yang dikonsumsi, usahakan makan/minum secara teratur, serta istirahat yang cukup.
Beberapa kuman dan virus berbahaya memiliki tempat tinggal khasnya masing-masing dan risiko penularan akan sangat besar bila kita tidak memiliki kekebalan terhadap kuman dan virus tersebut.
1. Meningococcal Disease.
Penyakit ini sering menyebabkan radang otak atau meningitis pada penderitanya. Di daerah Afrika Utara, meningitis yang disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitidis sering menyebabkan wabah. Daerah ini sering disebut Meningitis Belt karena tingginya angka kejadian meningitis di wilayah tersebut. Angka kematian akibat meningitis sangat tinggi, sekitar 9-12% penderitanya akan meninggal dunia walaupun sudah mendapat terapi antibiotika yang tepat.
Saat ini, terdapat beberapa merek vaksin meningitis yang beredar di pasaran, salah satunya adalah MenveoĆ. Di Amerika Serikat, vaksin ini sudah disetujui untuk digunakan pada individu berusia 2 bulan -55 tahun, namun di Indonesia, BPOM baru memberikan izin penggunaan Menveo untuk kelompok usia 11-55 tahun. Vaksinasi ini diberikan tiap 3 tahun untuk individu berusia 2-6 tahun, dan tiap 5 tahun untuk individu berusia 7 tahun atau lebih.
2. Yellow Fever.
Yellow Fever adalah penyakit yang disebabkan oleh Flavivirus dan ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan beberapa spesies nyamuk hutan. Flavivirus dapat menyebabkan perdarahan, warna kuning pada tubuh, hingga gejala yang fatal seperti muntah darah, gangguan jantung, dan radang otak. Angka kematian akibat Yellow Fever sangat tinggi, yaitu mencapai 50% dari total penderita.
Terdapat 18 negara yang mewajibkan pengunjung yang memasuki negara tersebut untuk mendapatkan vaksinasi Yellow Fever terlebih dahulu, yaitu: Benin, Burkina Faso, Kamerun, Republik Afrika Tengah, Kongo, Cote d’Ivoire, Gabon, Ghana, Liberia, Mali, Mauritania, Nigeria, Rwanda, Sao Tome, Senegal, Togo, Zaire, dan French Guyana.
Oleh karena penyakit ini berbahaya, maka vaksinasi sangat dianjurkan sebelum bepergian ke daerah endemis Yellow Fever. Di Indonesia, vaksinasi Yellow Fever bisa didapatkan di Kantor Kesehatan Pelabuhan di Bandara atau Pelabuhan Laut terdekat. Vaksinasi dilakukan tiap 10 tahun sekali dan dapat diberikan pada individu berusia 6 bulan atau lebih.
3. Poliomielitis.
Penyakit polio dulu merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar di Indonesia karena dapat menyebabkan kelumpuhan pada penderitanya. Namun sejak dilakukannya Program Imunisasi Nasional, virus polio liar sudah tidak ditemukan lagi di Indonesia sejak tahun 2005.
Saat ini, virus polio liar juga tidak ditemukan lagi di hampir semua negara di seluruh dunia, kecuali Afghanistan, India, Nigeria, dan Pakistan. Dengan semakin banyaknya perjalanan manusia lintas negara, ada kemungkinan bahwa virus polio ini dapat menyebar ke negara-negara lain. Untuk mencegah hal tersebut, sebaiknya kita melakukan vaksinasi polio terlebih dahulu sebelum melakukan perjalanan ke tempat tersebut.
Vaksin polio dianjurkan untuk diulang pada orang dewasa yang memiliki riwayat imunisasi anak-anak lengkap. Jika belum lengkap, orang tersebut harus melengkapi 3 dosis vaksin polio.
4. Hepatitis A dan Tifoid.
Tidak semua wilayah yang kita kunjungi memiliki sanitasi yang baik. Pada wilayah dengan kondisi kebersihan yang kurang baik, maka penyakit-penyakit yang ditularkan melalui makanan/minuman tercemar akan sangat mudah menular, misalnya penyakit Hepatitis A dan Tifoid. Sebagai pencegahan, maka sebaiknya melengkapi imunisasi Hepatitis A dan Tifoid sebelum melakukan perjalanan ke daerah endemis penyakit tersebut. Vaksinasi Hepatitis A diberikan sebanyak 2 dosis dengan jarak 6-12 bulan, sedangkan vaksinasi Tifoid diberikan berkala setiap 3 tahun sekali.
Dan masih banyak lagi penyakit yang hingga saat ini belum tersedia vaksinnya, namun ada obat yang dapat dikonsumsi sebagai sarana pencegahan terhadap penyakit tersebut, misalnya penyakit malaria. Pencegahan malaria bagi mereka yang bepergian ke daerah endemis malaria dapat dilakukan dengan mengkonsumsi doksisiklin 1-2 hari sebelum berangkat, kemudian diteruskan 1 kali setiap hari selama bepergian, dan diteruskan selama 4 minggu setelah meninggalkan daerah endemis malaria.
Vaksinasi sangat penting bagi anda yang hendak berlibur. Ingatlah bahwa risiko terkena penyakit tergantung dari banyak hal. Selain faktor endemik penyakit, usia, status imunisasi dan kondisi kesehataan saat bepergian juga memengaruhi tingkat kerentanan terhadap penyakit.
Kabar baik untuk saat sekarang vaksinasi lebih mudah dilakukan. Beberapa agen tour & travel akan merekomendasikan vaksinasi, jika tujuan yang anda dipilih memiliki risiko terhadap penyakit tertentu. Jika sedang dalam perjalanan panjang lintas negara, pilihan lain adalah dengan melakukan vaksinasi di bandara atau pelabuhan. Jangan lupa, minta keterangan secara lengkap tentang penyebaran virus ebola yang mewabah saat ini, demi kenyamanan perjalanan anda . Usai vaksinasi, anda akan diberi kartu berwarna kuning atau Certificate of Vaccination or Prophylaxis (ICV). Simpan dengan baik, karena negara-negara tertentu, umumnya di timur tengah, Afrika, dan Amerika Selatan, akan mempertanyakan perihal sertifikat tersebut.
Tidak ada yang ingin pulang dari liburan dengan membawa penyakit. Untuk itu, sebelum berangkat sebaiknya ketahui terlebih dahulu risiko penyakit di kota atau negara tujuan. Lalu, lakukan vaksinasi. Vaksin ini akan berguna untuk meningkatkan respon imun dalam periode waktu tertentu, dalam menghadapi penyakit tertentu pada saat anda melakukan perjalanan.
sumber: http://samintraveller.blogspot.co.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar