Sedikitnya 1.368,75 hektar lahan hutan di wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di Kedu Utara, Jawa Tengah, terbakar sepanjang musim kemarau lalu.
Administratur Perum Perhutani Kedu Utara, Iwan Setiawan menjelaskan, dalam kurun waktu lima tahun terakhir, kebakaran tahun ini adalah yang terparah dialami KPH Kedu Utara.
KPH Kedu Utara meliputi wilayah hutan di Kendal, Kabupaten Semarang, Wonosobo, Temanggung dan Magelang.
"Tercatat mulai Juni-Oktober 2015 telah terjadi 100 kasus kebakaran, antara lain di Gunung Sumbing, Sindoro, Perahu (Wonosobo), Ungaran, Telomoyo dan Andong, " papar Iwan, Jumat (13/11/2015).
Iwan menyebutkan faktor human error menjadi penyebab terjadinya kebakaran meskipun hal itu sulit dibuktikan.
Selama ini, kata Iwan, masih banyak warga yang menganggap jika membakar lahan maka tanah akan menjadi subur.
"Sebagian besar lahan berupa rumput semak belukar. Tapi kami cukup kesulitan untuk mencari siapa yang kali pertama membakar lahan tersebut,” tandas Iwan.
Iwan mengemukakan, akibat kebakaran itu ekosistem menjadi rusak. Beragam flora dan fauna yang berhabitat dilahan tersebut terdampak.
Terdapat ribuan warga yang tinggal di 257 desa yang menggantungkan hidup dari kawasan hutan.
Oleh karena itu, pihak KPH mengajak seluruh masyarakat untuk saling menjaga keberadaan dan mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan.
"Sejauh ini kami baru melakukan pemetaan, melihat kondisinya lahan yang terbakar, baru kemudian bisa dilakukan langkah selanjutnya, bisa reboisasi atau tidak," kata Iwan.
Administratur Perum Perhutani Kedu Utara, Iwan Setiawan menjelaskan, dalam kurun waktu lima tahun terakhir, kebakaran tahun ini adalah yang terparah dialami KPH Kedu Utara.
KPH Kedu Utara meliputi wilayah hutan di Kendal, Kabupaten Semarang, Wonosobo, Temanggung dan Magelang.
"Tercatat mulai Juni-Oktober 2015 telah terjadi 100 kasus kebakaran, antara lain di Gunung Sumbing, Sindoro, Perahu (Wonosobo), Ungaran, Telomoyo dan Andong, " papar Iwan, Jumat (13/11/2015).
Iwan menyebutkan faktor human error menjadi penyebab terjadinya kebakaran meskipun hal itu sulit dibuktikan.
Selama ini, kata Iwan, masih banyak warga yang menganggap jika membakar lahan maka tanah akan menjadi subur.
"Sebagian besar lahan berupa rumput semak belukar. Tapi kami cukup kesulitan untuk mencari siapa yang kali pertama membakar lahan tersebut,” tandas Iwan.
Iwan mengemukakan, akibat kebakaran itu ekosistem menjadi rusak. Beragam flora dan fauna yang berhabitat dilahan tersebut terdampak.
Terdapat ribuan warga yang tinggal di 257 desa yang menggantungkan hidup dari kawasan hutan.
Oleh karena itu, pihak KPH mengajak seluruh masyarakat untuk saling menjaga keberadaan dan mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan.
"Sejauh ini kami baru melakukan pemetaan, melihat kondisinya lahan yang terbakar, baru kemudian bisa dilakukan langkah selanjutnya, bisa reboisasi atau tidak," kata Iwan.
sumber: KOMPAS.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar