Minggu, 03 Januari 2016

Puluhan Rumah di Girimekar Permai Terancam Ambruk, Warga Mengungsi

Puluhan Rumah di Girimekar Permai Terancam Ambruk, Warga MengungsiFoto: Erna Mardiana
 Puluhan rumah di dua RT Kompleks Girimekar Permai, Cilengkrang, Kabupaten Bandung terancam ambruk, menyusul tiga rumah sebelumnya yang roboh, Minggu (3/1/2016). Para warga memilih mengungsi.

Tercatat sekitar 32 rumah yang posisinya mengapit sungai kecil di perumahan itu terancam ambruk. Rumah berjajar membelakangi sungai. Puluhan rumah itu berada di RT 1 dan RT 2 RW 21 Desa Girimekar Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

Baca: Hujan Deras, Tiga Rumah di Kompleks Girimekar Permai Cilengkrang Ambruk

"Berdasarkan hasil rapat di RT, ada 32 rumah yang terancam," ujar Rully (35), pemilik salahsatu rumah yang ambruk ditemui lokasi.

Rumah Rully yang paling parah. Semua bangunan rumah seluas sekitar 54 meter persegi itu ambles, hanya menyisakan dinding depan rumah dan setengah kamar depan.

"Saya sudah menduga ini akan terjadi, setelah Senin lalu, tanah belakang rumah ambles tergerus air sungai," katanya.

Karena sudah memperkirakannya, Rully sudah mengevakuasi seluruh barangnya ke rumah tetangga yang kebetulan kosong. Sementara istri dan kedua anaknya masih berlibur di rumah orangtuanya di Yogyakarta.

Sementara itu warga lainnya, Titin Rustini (37), mengaku menjadi waswas. Rumahnya memang berada di jajaran tiga rumah yang ambruk.

"Anak-anak saya ungsikan ke rumah kakak saya di Ciparay. Tetangga lain juga pada ngungsiin anak-anaknya. Saya ama suami di sini, enggak berani masuk rumah," ujar Titin yang masih berada di luar rumah dengan warga lainnya.

Tuntut Ganti Rugi

Lebih lanjut Rully menyatakan akibat insiden ini ia mengalami kerugian Rp 500 juta lebih. "Ini kejadian kedua kalinya. Tahun lalu, Maret 2014, rumah retak-retak besar dan kita perbaiki. Ini baru kita perbaiki, rumah ambruk," katanya.

Ia menegaskan akan menuntut ganti rugi dari pengembang. Sebab ia menduga terjadi kelalaian dari pihak pengembang, sebab tidak jujur.

"Saat saya ambil rumah ini, tidak pernah disebutkan kalau di belakang rumah saya itu sungai, hanya disebut aliran air untuk saluran pembuangan air kotor. Namun ternyata itu dulunya sungai yang cukup lebar, namun dipersempit oleh pengembang," tuturnya.

Karena itu, ia menyatakan tak akan mau lagi menempati bangunan itu. "Rumah ini tak mungkin lagi diperbaiki. Kalaupun diperbaiki, saya khawatir terulang kembali. saya akan minta ganti kavling," tandasnya.

Sementara itu perwakilan dari pengembang PT Graha Wijaya, Toni, yang datang ke lokasi, menyatakan akan bertanggungjawab dengan segera memperbaiki kerusakan rumah. "Besok, semua pekerja dikerahkan untuk memperbaiki kerusakan di sini," katanya.

Untuk mengetahui penyebab rumah ambruk, material tanah dan reruntuhan rumah harus diangkat terlebih dahulu.



(dtc)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar