Minggu, 23 Agustus 2015

Trigana Jatuh di Papua


 
Tragedi penerbangan kembali terjadi. Kali ini menimpa pesawat Trigana Air PK-YRN yang melayani rute Sentani (Jayapura) – Oksibil (Pegunungan Bintang), Papua.
================

Medan terbang alam Papua memang tidak gampang. Selain bergunung-gunung dengan rimba yang masih perawan, cuaca acap berubah-ubah. Pilot pun harus ekstra hati-hati dan penuh perhitungan matang dalam menerbangkan pesawat. Namun, kematangan saja belum cukup, faktor alam tetap cukup dominan buat keselamatan penerbangan di wilayah ini.

Selasa (18/8) siang waktu setempat, Pesawat Trigana Air PK-YRN dengan nomor penerbangan IL 267 yang sedang terbang dari Bandara Sentani menuju Bandara Oksibil jatuh beberapa saat sebelum mendarat. Pesawat yang membawa 49 penumpang dan 5 kru itu lepas landas dari Bandara Sentani pada pukul 14.22 Wit dengan estimasi landing pukul 15.15 WIT di Bandara Oksibil. Namun pada pukul 15.00 WIT Bandara Oksibil kehilangan kontak pesawat yang dipiloti oleh Capten Hassanudin dan kopilot Ariadin Falani itu.

Dalam tempo kurang dari 48 jam, Tim SAR berhasil menemukan pesawat Trigana Air tujuan Sentani-Oksibil itu di Gunung Tangok, Distrik Okbape, Pegunungan Bintang. Seluruh penumpang dan kru tewas.

Dari foto yang beredar di berbagai media, kondisi pesawat telah hancur berkeping-keping dan hangus. Terlihat puluhan kantong mayat berwarna hitam bertuliskan Basarnas telah berada di lokasi kejadian.

Terdapat pula benda seperti sayap belakang pesawat bertuliskan ATR 42 yang sebagiannya telah hangus terbakar. Beberapa tentara bersenjata laras panjang tampak pula berjaga di sekitar lokasi kejadian.

Sebelum sampai lokasi penemuan, Tim SAR harus menempuh jalan terjal untuk mencapai lokasi jatuhnya pesawat Trigana Air. Tak hanya itu saja, pohon-pohon yang lebat dan berlumut tebal juga menjadi halangan tersendiri.

"Pencarian ini tidaklah mudah, sebab harus melalui hutan perawan Papua dengan medan yang sangat curam," ujar Kapendam Cendrawasih Letkol Teguh PR, Selasa (18/8/2015) pekan lalu.

"Dengan peralatan chain saw dan parang, tim pencarian lewat darat dipimpin langsung Danyon 133, Letkol Arif Hidayat dan Danki Kapten Inf Ridwan harus membuka lebatnya hutan Papua. Dengan penuh semangat jarak sejauh 4 km dari tempat bermalam dapat ditempuh Tim selama 4 jam. Pada pukul 09.50 tim yang bergerak dari darat berhasil menemukan serpihan, jenazah dan pencarian black box," papar Teguh.

Kemudian setelah berkutat beberapa lama di lokasi itu, salah satu anggota tim Sertu Agus mendapatkan kotak hitam. "Sekitar 13.30 black box Trigana Air yang jatuh di Oksibil telah ditemukan tim," ungkap Teguh. Dari kota hitam inilah akan diketahui secara akurat penyebab jatuhnya pesawat.

Turbulensi

Menteri Perhubungan (Menhub), Ignasius Jonan, menegaskan bahwa jatuhnya pesawat Trigana Air IL 267 di wilayah Oksibil, bukan karena faktor cuaca buruk. Menurutnya, ada faktor lain yang menyebabkan pesawat itu terjatuh.

Jonan mengungkapkan, pihaknya telah menerima laporan dari Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setempat yang menyebutkan bahwa cuaca di Kabupaten Pegunungan Bintang dan sekitarnya cerah saat kejadian.

Lebih rinci terkait penyebab jatuhnya Trigana Air, Jonan menyerahkan penyelidikan kepada pihak KNKT. "Penyebab kecelakaan akan diketahui setelah dilakukan pengecekan black box," sambung Jonan.

Pengamat penerbangan, Dudi Sudibyo, memperkirakan kecelakaan pesawat Trigana Air ATR 42 PK YRN nomor penerbangan IL 267 disebabkan oleh turbulensi. "Selama saya melihat keadaan terbaru, saya meyakini adanya turbulensi pesawat dari angin kencang di pegunungan," ujar Dudi seperti dilansir tribunnews.com.

Dudi menambahkan bahwa tipe landscape dari dataran di Papua yang sebagian besar merupakan pegunungan juga menjadi faktor utama penyebab jatuhnya pesawat Trigana Air.

"Saya melihat bahwa alam menjadi faktor utama dalam kecelakaan ini, karena BMKG menyebutkan bahwa tidak ada cuaca buruk. Jadi kesimpulan sementara saya, karena angin yang terlalu kencang dan pesawat tersebut tidak terlalu besar," katanya.

Bertanggung-jawab

Manager Aviation Security PT Trigana Air Service, Alfred Purnomo, mengatakan bahwa pihaknya memberikan kuasa sepenuhnya kepada pihak asuransi Jasa Rraharja sesuai dengan ketentuan yang ada.

"Kami akan berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan ketentuan yang ada," ujar Alfred di Kantor Trigana Air, Kalimalang, Jakarta, Rabu (19/8).

Humas Jasa Raharja, Ferhat, mengatakan bahwa seluruh penumpang dan kru pesawat Trigana Air ATR 42 PK YRN nomor penerbangan IL 267 yang jatuh di Pegunungan Bintang akan ditanggung penuh oleh pihak Jasa Raharja.

"Sesuai ketentuan undang-undang 33 Tahun 1964 tentang dana tanggungan akan kami mempunyai kewajiban untuk membayarkan itu," jelas Ferhat.

Ferhat juga mengatakan bahwa seluruh santunan akan diberikan kepada pihak ahli waris korban dan menunggu untuk penyelesaian evakuasi korban di Papua. "Kami masih menunggu evakuasi. Pembayaran akan dilakukan setelah ahli waris dalam keadaan yang tenang dulu," katanya.

Dia menambahkan bahwa pihak Trigana Air dan Jasa Raharja sudah melakukan komunikasi meski tidak secara langsung karena pada saat kejadian, pihak Jasa Raharja di Papua langsung mengambil sikap.

Jumlah santunan sesuai dengan ketentuan Permenkeu RI No. 36/PMK.010/2008 dan juga 37/PMk.010/2008 untuk korban meninggal kecelakaan udara akan dibayarkan Rp 50 juta per orang

Tidak hanya itu, Trigana juga bertanggung-jawab pemulangan jenazah ke daerah masing-masing setelah semua berhasil dievakuasi ke Sentani. "Kami akan berusaha untuk mengangkut semua jenazah dari tempat kejadian menuju Sentani menggunakan jalur darat," tambahnya.

Alfred mengharapkan agar keseluruhan jenazah akan diangkut menggunakan satu buah pesawat Twin Otter milik Trigana Air, satu buah pesawat ATR dari Trigana Air dan heli bantuan dari TNI. (*)



Pesawat Bawa Dana Rp6,5 Miliar

Pesawat Trigana Air yang jatuh di Distrik Okbape dikabarkan membawa uang tunai sebesar Rp6,5 miliar. Dana sebesar itu rencananya akan digunakan untuk membayar Simpanan Keluarga Sejahtera bagi warga di 8 distrik Kabupaten Pegunungan Bintang.

Kepala PT Pos Cabang Jayapura FX Haryono mengatakan, dana sebesar Rp6,5 miliar itu rencananya untuk membayar dana kompensasi kenaikan BBM bagi warga di 8 distrik di Kabupaten Pegunungan Bintang.

"Uang itu diantar oleh 4 pegawai PT Pos Cabang Jayapura, dan rencananya hari ini (17 Agustus 2015) akan dibayarkan untuk warga di 8 distrik di sana," kata FX Haryono kepada wartawan di posko pencarian di Base Ops Lanud Jayapura.

Menurut Haryono, empat pegawai PT Pos Cabang Jayapura yang mengantar dana kompensasi ke Pegunungan Bintang adalah MN Aragae, Agustinus Luanmasse, Yustinus Huruluen, dan Teguh Sane. Saat ini, Haryono masih berada di posko pencarian di Base Ops Lanud Jayapura, Bandara Sentani, untuk mencari tahu kondisi terakhir rekan-rekannya. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar