Tragedi penerbangan kembali terjadi. Kali ini menimpa pesawat Trigana Air
PK-YRN yang melayani rute Sentani (Jayapura) – Oksibil (Pegunungan Bintang),
Papua.
================
Medan
terbang alam Papua memang tidak gampang. Selain bergunung-gunung dengan rimba
yang masih perawan, cuaca acap berubah-ubah. Pilot pun harus ekstra hati-hati
dan penuh perhitungan matang dalam menerbangkan pesawat. Namun, kematangan saja
belum cukup, faktor alam tetap cukup dominan buat keselamatan penerbangan di
wilayah ini.
Selasa
(18/8) siang waktu setempat, Pesawat Trigana Air PK-YRN dengan nomor
penerbangan IL 267 yang sedang terbang dari Bandara Sentani menuju Bandara
Oksibil jatuh beberapa saat sebelum mendarat. Pesawat yang membawa 49 penumpang
dan 5 kru itu lepas landas dari Bandara Sentani pada pukul 14.22 Wit dengan
estimasi landing pukul 15.15 WIT di Bandara Oksibil. Namun pada pukul 15.00 WIT
Bandara Oksibil kehilangan kontak pesawat yang dipiloti oleh Capten Hassanudin dan
kopilot Ariadin Falani itu.
Dalam
tempo kurang dari 48 jam, Tim SAR berhasil menemukan pesawat Trigana Air tujuan
Sentani-Oksibil itu di Gunung Tangok, Distrik Okbape, Pegunungan Bintang.
Seluruh penumpang dan kru tewas.
Dari
foto yang beredar di berbagai media, kondisi pesawat telah hancur
berkeping-keping dan hangus. Terlihat puluhan kantong mayat berwarna hitam
bertuliskan Basarnas telah berada di lokasi kejadian.
Terdapat
pula benda seperti sayap belakang pesawat bertuliskan ATR 42 yang sebagiannya
telah hangus terbakar. Beberapa tentara bersenjata laras panjang tampak pula
berjaga di sekitar lokasi kejadian.
Sebelum
sampai lokasi penemuan, Tim SAR harus menempuh jalan terjal untuk mencapai
lokasi jatuhnya pesawat Trigana Air. Tak hanya itu saja, pohon-pohon yang lebat
dan berlumut tebal juga menjadi halangan tersendiri.
"Pencarian
ini tidaklah mudah, sebab harus melalui hutan perawan Papua dengan medan yang
sangat curam," ujar Kapendam Cendrawasih Letkol Teguh PR, Selasa
(18/8/2015) pekan lalu.
"Dengan
peralatan chain saw dan parang, tim pencarian lewat darat dipimpin
langsung Danyon 133, Letkol Arif Hidayat dan Danki Kapten Inf Ridwan harus
membuka lebatnya hutan Papua. Dengan penuh semangat jarak sejauh 4 km dari
tempat bermalam dapat ditempuh Tim selama 4 jam. Pada pukul 09.50 tim yang
bergerak dari darat berhasil menemukan serpihan, jenazah dan pencarian black
box," papar Teguh.
Kemudian
setelah berkutat beberapa lama di lokasi itu, salah satu anggota tim Sertu Agus
mendapatkan kotak hitam. "Sekitar 13.30 black box Trigana Air yang
jatuh di Oksibil telah ditemukan tim," ungkap Teguh. Dari kota hitam
inilah akan diketahui secara akurat penyebab jatuhnya pesawat.
Turbulensi
Menteri
Perhubungan (Menhub), Ignasius Jonan, menegaskan bahwa jatuhnya pesawat Trigana
Air IL 267 di wilayah Oksibil, bukan karena faktor cuaca buruk. Menurutnya, ada
faktor lain yang menyebabkan pesawat itu terjatuh.
Jonan
mengungkapkan, pihaknya telah menerima laporan dari Badan Metereologi
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setempat yang menyebutkan bahwa cuaca di
Kabupaten Pegunungan Bintang dan sekitarnya cerah saat kejadian.
Lebih
rinci terkait penyebab jatuhnya Trigana Air, Jonan menyerahkan penyelidikan
kepada pihak KNKT. "Penyebab kecelakaan akan diketahui setelah dilakukan
pengecekan black box," sambung Jonan.
Pengamat
penerbangan, Dudi Sudibyo, memperkirakan kecelakaan pesawat Trigana Air ATR 42
PK YRN nomor penerbangan IL 267 disebabkan oleh turbulensi. "Selama saya
melihat keadaan terbaru, saya meyakini adanya turbulensi pesawat dari angin
kencang di pegunungan," ujar Dudi seperti dilansir tribunnews.com.
Dudi
menambahkan bahwa tipe landscape dari dataran di Papua yang sebagian
besar merupakan pegunungan juga menjadi faktor utama penyebab jatuhnya pesawat
Trigana Air.
"Saya
melihat bahwa alam menjadi faktor utama dalam kecelakaan ini, karena BMKG
menyebutkan bahwa tidak ada cuaca buruk. Jadi kesimpulan sementara saya, karena
angin yang terlalu kencang dan pesawat tersebut tidak terlalu besar,"
katanya.
Bertanggung-jawab
Manager
Aviation Security PT Trigana Air Service, Alfred Purnomo, mengatakan bahwa pihaknya
memberikan kuasa sepenuhnya kepada pihak asuransi Jasa Rraharja sesuai dengan
ketentuan yang ada.
"Kami
akan berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan ketentuan yang ada," ujar
Alfred di Kantor Trigana Air, Kalimalang, Jakarta, Rabu (19/8).
Humas
Jasa Raharja, Ferhat, mengatakan bahwa seluruh penumpang dan kru pesawat
Trigana Air ATR 42 PK YRN nomor penerbangan IL 267 yang jatuh di Pegunungan
Bintang akan ditanggung penuh oleh pihak Jasa Raharja.
"Sesuai
ketentuan undang-undang 33 Tahun 1964 tentang dana tanggungan akan kami
mempunyai kewajiban untuk membayarkan itu," jelas Ferhat.
Ferhat
juga mengatakan bahwa seluruh santunan akan diberikan kepada pihak ahli waris
korban dan menunggu untuk penyelesaian evakuasi korban di Papua. "Kami
masih menunggu evakuasi. Pembayaran akan dilakukan setelah ahli waris dalam
keadaan yang tenang dulu," katanya.
Dia
menambahkan bahwa pihak Trigana Air dan Jasa Raharja sudah melakukan komunikasi
meski tidak secara langsung karena pada saat kejadian, pihak Jasa Raharja di
Papua langsung mengambil sikap.
Jumlah
santunan sesuai dengan ketentuan Permenkeu RI No. 36/PMK.010/2008 dan juga
37/PMk.010/2008 untuk korban meninggal kecelakaan udara akan dibayarkan Rp 50
juta per orang
Tidak
hanya itu, Trigana juga bertanggung-jawab pemulangan jenazah ke daerah
masing-masing setelah semua berhasil dievakuasi ke Sentani. "Kami akan
berusaha untuk mengangkut semua jenazah dari tempat kejadian menuju Sentani
menggunakan jalur darat," tambahnya.
Alfred
mengharapkan agar keseluruhan jenazah akan diangkut menggunakan satu buah
pesawat Twin Otter milik Trigana Air, satu buah pesawat ATR dari Trigana Air
dan heli bantuan dari TNI. (*)
Pesawat Bawa Dana Rp6,5 Miliar
Pesawat
Trigana Air yang jatuh di Distrik Okbape dikabarkan membawa uang tunai sebesar
Rp6,5 miliar. Dana sebesar itu rencananya akan digunakan untuk membayar Simpanan
Keluarga Sejahtera bagi warga di 8 distrik Kabupaten Pegunungan Bintang.
Kepala
PT Pos Cabang Jayapura FX Haryono mengatakan, dana sebesar Rp6,5 miliar itu
rencananya untuk membayar dana kompensasi kenaikan BBM bagi warga di 8 distrik
di Kabupaten Pegunungan Bintang.
"Uang
itu diantar oleh 4 pegawai PT Pos Cabang Jayapura, dan rencananya hari ini (17
Agustus 2015) akan dibayarkan untuk warga di 8 distrik di sana," kata FX
Haryono kepada wartawan di posko pencarian di Base Ops Lanud Jayapura.
Menurut
Haryono, empat pegawai PT Pos Cabang Jayapura yang mengantar dana kompensasi ke
Pegunungan Bintang adalah MN Aragae, Agustinus Luanmasse, Yustinus Huruluen,
dan Teguh Sane. Saat ini, Haryono masih berada di posko pencarian di Base Ops
Lanud Jayapura, Bandara Sentani, untuk mencari tahu kondisi terakhir
rekan-rekannya. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar