Minggu, 24 Mei 2015

Gaji Penjaga Mercusuar Masih Rendah

Mercusuar (Ist)

Tugas dan fungsinya besar sungguh besar. Sebagai pejaga penunjuk arah dan lalu lintas laut. Tetapi pemerintah kurang memperhatikan kesejahteraan mereka. Gaji penjaga mercusuar sangat kecil, dan sebagian besar diantara mereka adalah pegawai honorer, bertahun-tahun belum diangkat menjadi pegawai negeri sipil.
Suyanto (34) kini sudah menjadi pegawai Pemerintah Kota Ambon. Kepada Inspirasi Bangsa, Anto nama panggilnya menceritakan kisahnya sebagai penjaga mercusuar. Bersama ayahnya yang kini sudah pensiun dari pegawai kantor perhubungan, ia pernah bertugas sebagai tenaga honor untuk menjaga menara mercusuar di Provinsi Maluku.
Tentu tempat yang pernah di jaga, jauh dari hiruk pikuk kehidupan manusia. Berada di tengah-tengah lautan bebas, berdua atau kadang seorang diri. “Saya pernah bertugas di pulau terluar di perbatasan dengan Australia, dan Timur Leste. Juga di Seram Bagian Barat, salah satu pulau tak berpenghuni dan sepi, kadang angker,” ungkap Anto.
“Bersama ayah saya, pernah kami kekurangan makanan dan salah satu di antara kami harus mencapai kota provinsi meskipun dalam kondisi ombak ganas dan dapat berakibat fatal. Tetapi mau bagaimana lagi, dari pada kehabisan makanan dan kami akan mati kelaparan,” keluhnya.
Berbagai penderitaan sebagai penjaga mercusuar, suka duka di tengah lautan, menurutnya, tidak dihargai oleh pemerintah dengan gaji seimbang. Seorang tenaga kontrak penjaga mercusuar paling maksimal dibayar Rp 1 juta per bulan.
“ayah saya hampir 20 tahun menjadi penjaga mercusuar dengan status sebagai tenaga honorer. Dan beberapa tahun menjelang pensiun, barulah beliau diangkat sebagai pegawai negeri sipil di lingkup perhubungan laut,” ungkapnya.
Bayangkan saja, ayah Anto meninggalkan anak dan istrinya di rumah, tiga bulan minimal barulah ia pulang, selama 20 tahun lebih hanya dihargai dengan gaji kecil dibanding dengan pengabdian dan manfaat dari tugas yang dijalani. Satu juta rupiah, kepada tenaga honorer penjaga mercusuar tidak cukup untuk menghidupi keluarganya.
Akhirnya Anto terpaksa meninggalkan profesinya sebagai penjaga mercusuar bersamaan dengan masa pensiun ayahnya tiba. Di saat bersamaan, ada penerimaan pegawai di Pemerintah Kota Ambon. Anto melamar dan lulus. Kini Anto mengabdi sebagai pegawai negeri sipil Pemerintah Kota Ambon, dan baru dua tahun lalu telah mengikuti prajabatan, otomatis gajinya kini sudah 100 persen, berkisar Rp 2 juta lebih.
Anto mengenang, bagaimana nasibnya apabila ia tidak berhenti dari penjaga mercusuar. Bagaimana nasib ratusan bahkan ribuan tenaga honorer penjaga mercusur di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dengan gaji relatif kecil, tugas nun berat, jauh dari keluarga, status masih honor. Bagaimana masa depan anak-anak penjaga mercusuar, apakah nasib mereka sama dengan nasib Anto, atau sama seperti nasib ayah Anto, 20 tahun dikontrak sebagai tenaga honorer.
Kepada semua pihak yang berempati kepada nasib penjaga mercusuar, terutama kepada Menteri Perhubungan atau Direktur Jenderal Perhubungan Laut, atau bahkan langsung kepada Presiden RI Soesilo Bambang Yudhoyono, Suyanto meminta perhatian segera kepada penjaga mercusuar. Hargai pengorbanan penjaga mercusuar. Tanpa mereka, dipastikan kekecauan lalulintas laut terjadi, dan korban berjatuhan di mana-mana. (http://inspirasibangsa.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar