Indonesia dikenal sebagai negara yang banyak memiliki gunung berapi dan
sering terjadi gempa bumi. Untuk memitigasi risiko akan bencana
tersebut, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus mensosialisasikan manfaat dari produk asuransi terutama asuransi bencana alam.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D Hadad mengakui, meski saat ini telah banyak dipasarkan produk asuransi, namun belum banyak masyarakat yang mengenal produk asuransi yang lebih spesifik.
"Artinya produk ini sudah jalan, sama kalau ditanya seberapa familiar, belum banyak dan belum seolah-olah menjadi kebutuhan, kalau kena bencana ya takdir, nunggu pemerintah bantuin, padahal ada hal-hal yang bisa kita lakukan," kata Muliaman di Nusa Dua, Bali, Senin (7/9/2015).
Dijelaskannya, selama ini produk asuransi bencana alam kurang dikenal karena masih bersifat pilihan yang dipasarkan dengan asuransi properti. Untuk itu OJK, secara bertahap akan terus melakukan sosialisasi sembari meningkatkan manfaat agar asuransi bencana ini dapat menjadi asuransi inti.
Untuk menjadikan produk itu sebagai produk unggulan, OJK telah mengirimkan beberapa karyawan untuk studi banding ke beberapa negara yang memiliki kondisi geografis tidak jauh dengan Indonesia dan mampu memasarkan produk asuransi bencana alam cukup bagus. Seperti salah satunya di Jepang.
"Jepang itu sudah punya data ratusan tahun, sehingga mereka bisa hitung probabiltasnya, jadi bisa memitigasi berapa biaya kalau ada bencana, data-data ini yang sedang kita susun," terang Muliaman.
Adapun ke depan, manfaat dari asuransi bencana alam ini para pemilik premi akan mendapatkan biaya klaim tanpa harus menunggu dana bantuan dari pemerintah yang dalam penyalurannya tidak bisa instan.
Untuk itu, Muliaman berjanji akan membawa isu penguatan asuransi bencana alam ini ke pemerintah untuk dapat dikoordinasikan dan kemudian layak ditawarkan ke masyarakat.
"Jadi saya fikir memang memerlukan istilahnya peningkatan awareness, bagaimana ke depan memitigasi ini di luar program yang sudah ada selama ini di pemerintahan," pungkasnya.
sumber: Liputan6.com
Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D Hadad mengakui, meski saat ini telah banyak dipasarkan produk asuransi, namun belum banyak masyarakat yang mengenal produk asuransi yang lebih spesifik.
"Artinya produk ini sudah jalan, sama kalau ditanya seberapa familiar, belum banyak dan belum seolah-olah menjadi kebutuhan, kalau kena bencana ya takdir, nunggu pemerintah bantuin, padahal ada hal-hal yang bisa kita lakukan," kata Muliaman di Nusa Dua, Bali, Senin (7/9/2015).
Dijelaskannya, selama ini produk asuransi bencana alam kurang dikenal karena masih bersifat pilihan yang dipasarkan dengan asuransi properti. Untuk itu OJK, secara bertahap akan terus melakukan sosialisasi sembari meningkatkan manfaat agar asuransi bencana ini dapat menjadi asuransi inti.
Untuk menjadikan produk itu sebagai produk unggulan, OJK telah mengirimkan beberapa karyawan untuk studi banding ke beberapa negara yang memiliki kondisi geografis tidak jauh dengan Indonesia dan mampu memasarkan produk asuransi bencana alam cukup bagus. Seperti salah satunya di Jepang.
"Jepang itu sudah punya data ratusan tahun, sehingga mereka bisa hitung probabiltasnya, jadi bisa memitigasi berapa biaya kalau ada bencana, data-data ini yang sedang kita susun," terang Muliaman.
Adapun ke depan, manfaat dari asuransi bencana alam ini para pemilik premi akan mendapatkan biaya klaim tanpa harus menunggu dana bantuan dari pemerintah yang dalam penyalurannya tidak bisa instan.
Untuk itu, Muliaman berjanji akan membawa isu penguatan asuransi bencana alam ini ke pemerintah untuk dapat dikoordinasikan dan kemudian layak ditawarkan ke masyarakat.
"Jadi saya fikir memang memerlukan istilahnya peningkatan awareness, bagaimana ke depan memitigasi ini di luar program yang sudah ada selama ini di pemerintahan," pungkasnya.
sumber: Liputan6.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar